author : amane mirai
cast : HSJ
yamapi
akanishi jin
mirai
nisaki
marius
--
Seorang gadis memandangi pemandangan di depannya. kitagawa mirai.
Gedung-gedung tinggi menjulang di tokyo
terlihat jelas dari atap sekolahnya itu.
Seperti biasa, bila malas ikut pelajaran dia akan memilih untuk membolos ke
atap sekolahnya, untuk sekedar tidur atau memandangi menara-menera itu.
"Itu punya ayahku... Ayahku.. Ayahku...ayahku...ayahku.." Ia
menunjuk-nunjuk gedung milik keluarganya. Keluarganya memang keluarga kaya.
Ayahnya adalah presdir perusahan besar.
"Semua punya ayahku.." Ia tersenyum miris.
Gadis itu merebahkan tubuhnya ke kursi panjangnya itu.
"Gedung dan yang punyanya sungguh mirip...dingin.." Gumanya.
"Apa kau akan terus membolos?"
Mirai menengok, seorang laki-laki tinggi menjulang sedang menatapnya di
depan pintu atap.
Ia menghela nafas. Itu pacarnya, nakajima yuto.
"Kau membuatku kaget, ku kira tadi itu pak akanishi!"
Yuto tersenyum, ia mendekati pacarnya itu. "Apa kau tak ada kerjaan
menghitung gedung ayahmu? Sekarang kenapa lagi kau bolos?"
Mirai menggaruk kepalanya yang tiba2 saja jadi gatal "aku tak
menghitungnya. Hanya menunjuknya." "Kapan kau akan berenti
bolos?"
Akhir-akhir ini mira memang bolos terus. Seminggu dia sudah 4 kali
bolos.
Semuanya pelajaran menyebalkan. Hanya pelajaran bahasa jepang atau kesenian
yang dia masuk.
Mirai lagi2 mengaruk kepalanya yang tak gatal mendadak jadi gatal.
"Apa kau sudah beralih profesi? Ini yuto atau akanishi
sensei?"
Yuto menghela nafas "bisakah kau serius? Kau sudah mau lulus,
seharusnya kau fokus pada pelajaranmu" yuto memulai ceramahnya. Kadang
yuto suka menjadi penceramah dadakan.
Mirai mengangguk-ngangguk "aku akan fokus. Pasti! Apalagi kalo yamapi
sensei yang mengajarrrr.. Uwahhhh" bayangan guru tampanya itu melayang2 di
kepalanya.
Mira memang pencinta laki-laki yang lebih tua darinya. Ia merasa hal itu
keren dan berani.
Yuto menghela nafas, gara-gara mirai dia jadi agak kesal dengan guru famous
itu. "Apa kau suka dengan om-om?"
Mira mendelik "om-om?! Hei... Yamapi sensei itu masih muda. Umurnya itu
belom sampai 40 tahun kok dan dia single!" Kadang mira suka tega pada
yuto, membicarakan laki-laki lain pada pacarnya sendiri. Tak tahu kalo pacarnya
itu sebenarnya sangat terpukul.
"Seterah kau saja. Aku mau masuk kelas. Kalau kau mau bolos
yasudah.." Yuto bangkit dari tempatnya. Moodnya rusak, padahal tadi dia
punya niat mau menemani pacarnya tapi, gara2 mira membicarakan laki-laki lain
yuto jadi malas.
Mirai menahan tangan yuto, yuto tersenyum senang secara diam-diam. Ia
menyangka mira akan menahanya dan meminta maaf atas tindakanya. Tapi….
"Kalo yamapi sensei masuk bilang padaku ya!"
Tanpa menjawab atau menoleh lagi yuto mengabaikan mirai dan pergi begitu
saja. Sakit hati.
--
Yuto bete setengah mati, saat ini pelajaran Matsujun sensei, bukan karna
cara mengajar matsujun tapi karna ulah mirai tadi. Ia tak habis fikir,
bagaimana bisa pacarnya sangat menggilai laki-laki tua?
Apa kurangnya dia? Dia tampan. Jelas karna fans dia banyak sekali, wanita
mengantri untuk jadi pacarnya. Famous. Alasan sama seperti awal. Tinggi, ini
nih yang paling dahsyat. Tingginya sangat bagus, dia tak seperti teman2nya yang
rata2 pendek. Jago main drum. Keren bukan? Dia juga pintar dance. Tambah keren
bukan? Fashionista? Fashionya tak buruk.
Pokoknya dia mendekati laki-laki sempurna. Hei, semua orang tahu bahwa di
dunia tak ada yang sempurna yang ada hanya 99 persen hampir sempurna.
Yuto senang saat tahu bahwa mirai juga memiliki perasaan yang sama padanya.
Maksudnya mirai mau menerimanya jadi pacar. Sebelum pacaran memang yuto yang
suka duluan dengan mirai.
Kan sudah
di bilang bahwa mirai menyukai laki-laki dewasa. (Read : tua) berita itu
tercium juga sama yuto sebelum pacaran. Yuto berfikir bahwa itu hanya kriteria
(read : dewasa. Berfikiran dewasa) bukan maksudnya laki-laki yang sudah berumur. Saat pacaran dia baru tahu arti
kata dewasa itu.
Dan itu membuatnya harus manyun terus karna mirai tak segan-segan memuji laki-laki
dewasa yang ia kagumi. Contohnya seperti tadi, yamapi sensei dan akanishi
sensei. Mereka berdua mewakili daftar laki-laki dewasa yang mirai suka.
Seolah tahu apa yang sedang di fikirkan yuto matsujun mendekatinya, ia tak
segan melayangkan penggaris kayu besar ke kepala yuto. Pelan sih, Tapi cukup
membuat korban kaget.
"Sedang melamun apa?" tegur matsujun.
Yuto mengusap-usap kepalanya, ia memandang gurunya dengan tampang melas.
"Gomen.." Anak ini memang cukup dekat dengan guru-guru di sekolah.
Jadi ia tak segan melayangkan kata-kata tak formal.
"Jangan melamun, perhatikan kelas yuto!" Peringat matsujun,
setelah itu ia kembali ke depan papan tulis lanjut menjelaskan pelajaran.
Yuto menghela nafas lega, ia tak
harus berurusan lama dengan gurunya. Coba saja kalo gurunya adalah yamada yuu
dia bisa di ceramahi sepanjang hari.
--
Mirai seorang diri di atap, dia masih malas masuk kelas. Sel malasnya
menguasai dirinya. Ia merebahkan dirinya dikursi kayu panjang. Ia menghela
nafas panjang.
"Shida pake gak masuk. Si yuto malahan belajar aih... Sedihnya hidup
sendirian." Gumanya sedihh. Sekali lagi ia menghela nafas, "hidup
gw..."
Lagi meratapi hidupnya sendiri,
seseorang datang. Mirai terperanjat kaget saat melihat makhluk yang datang
adalah guru tercintanya. Laki-laki dewasa yang ia suka. Yamapi sensei.
"Yo sensei!" Ia bangkit dari tempatnya. Sama seperti yuto ia tak
pernah bicara formal. Bukan mau gak sopan, tapi karna mereka sudah dekat.
"Bolos lagi?" Yamapi memandang mirai sambil bertolak pinggang.
Niatanya mau sok galak, tapi sama sekali talk kentara galaknya.
"Yo, Sensei. Tau dong kalo kau yang ngajar pasti aku masuk."
"Hanya diriku?"
"Tidak juga sih, kalo sensei dan akanishi sensei yang ngajar aku pasti
masuk"
"Benar-benar..." Decak yamapi, ia duduk di tempat mirai berbaring
tadi. Mirai ikut duduk.
"Ada
apa? Kenapa gak ikut pelajaran lagi?" Tanya yamapi.
Mirai menggeleng, hatinya berbunga karna guru tercintanya perhatian padanya.
"Gak papa kok sensei, aku cuman pengen liat gedung ayahku."
Yamapi mengacak-ngacak rambutnya "kau ini. Kau harus masuk saat
pelajaranku ya. Jangan sampai tidak!"
Mirai mengangguk "hai hai... Wakarimasu!"
Yamapi tersenyum, "okey aku akan menemanimu sampai jam-ku datang. Aku
tak mau sampai kau ingkar dan tak datang di jam-ku"
"Huaaa... Sensei! Baik sekali kau! Aku sudah hampir mati kesepian
disini."
Yamapi tertawa "makanya jangan bolos!"
"Gakpapa lah, kalo bolos sensei yang nemenin. Aku setiap hari bolos
aja!" Mirai nyengir riang.
Yamapi membelalak "kau ini! Besok2 aku takan menemanimu lagi. Aku
sibuk!"
Mirai seperti tak terpengaruh, ia terus tersenyum riang.
"Sensei mana mungkin tega denganku..." Kadang anak ini suka
kelewat pede.
Yamapi mengulum senyumnya. Benar apa kata mirai, ia takan tega dengan gadis
itu.
--
Yuto celingukan mencari mirai di kantin, biasanya kalo sudah jamnya
istirahat anak ini akan langsung ke kantin menyantap bento kesukaanya, walaupun
saat ia sedang bolos. Tapi saat ini mirai tak ada disana.
yuto mengerutkan keningnya. "Apa ia masih ada di balkon?" Pikir
yuto. Ia membelikan bento kesukaan mirai. Niatan mengirimkan bento tersebut
pada pacarnya, pasti mirai akan suka.
Baru saja ia mau melangkah keluar dari kantin seorang perempuan menjegatnya.
Suzuki airi. Perempuan yang ia tak suka.
"Ngapain?" Tanya yuto malas.
"kamu kok malas gini?" Airi menggelayut di tangan yuto.
Yuto menghela nafas, dengan sigap ia melepaskan tangan airi dari tanganya.
"Gw mau pergi!" Yuto jalan dengan wajah dingin.
Airi tak mau menyerah, ia mengikuti yuto "aku ikut! Mau ketemu mirai kan? Aku ada urusan
denganya."
Yuto menghentikan jalanya, ia berbalik. Wajahnya sangat jengkel.
"Urusan apa? Sejak kapan pacar gw punya urusan sama lo?"
Airi mengulum senyum manisnya, ia tak peduli makluk di depanya ini sedang
naik darah. Ia sudah terbiasa dengan itu semua. "Aku selalu punya urusan
dengannya. Urusanku dan urusannya selesai saat nanti kalian sudah putus dan kau
jadi milikku."
Yuto tersenyum siniss "sayangnya aku dan dia takan putus. Sudah sampai
sini urusanmu." Yuto melenggang pergi lagi. Ke tempat mirai. Airi tak
mengejarnya lagi.
"Perempuan gila" guman yuto sebal, ia menaiki tangga pertama ke
balkon. Tapi seseorang menghadangnya.
"Yuto! Apa ini? Buatku? Uwahh..." Mirai yang menjegatnya.
Yuto tersenum saat melihat wajah kekasihnya, "Aku membawakan ini karna
kau tak kunjung ke kantin. Lapar? Makan di kelas saja atau atap?"
Mirai tersenyum manis, tersentuh sedikit dengan perhatian yuto.
"Makasih ya, aku makan di kelas saja. Habis ini kan pelajaran yamapi sensei. Lets go!"
Mirai mengapit tangan yuto ke kelas.
Yuto sebenarnya agak jengkel, tapi ia tak bisa menghapus senyumnya saat
tangan mirai mengapitnya. Berada sedekat ini dengan mira membuatnya meleleh.
--
Seorang gadis yang juga bermarga kitawagawa nisaki ini sedang mengamati
tampang tampan di depanya. Yamada ryosuke. Anak kelas 3 yang menjabat jadi
ketua club marathon.
Nisaki mengikuti club ini bukan lantaran suka dengan kegiatannya tapi suka
dengan yang menjadi ketuanya. Selama ini ia meminta bantuan dari sang kakak,
Kitagawa mirai tapi selalu gagal.
Kakaknya sama sekali tak mau bantu ia dekat dengan yamada. Meminta batuan
yuto si calon kakak ipar juga tak berhasil, mirai mengancam yuto agar ia juga
tak membantu nisaki.
Bukanya mirai mau jahat tapi ia ingin adiknya itu berani mengungkapkan
perasannya sendiri ke yamada.
Yamada melirik nisaki, Ia sadar bahwa anak itu mengamatinya sejak rapat di
mulai sampai saat rapat selesai. Bahkan sekarang gadis itu masih memandangnya
"kau tak mau pulang?" Tanya yama
Nisaki tersadar dari lamunanya, ia nyengir pada yama "yo senpai?
Kenapa? Kau mau mengantarku pulang?"
Yamada melirik jam tanganya, pukul 18:10 ia tak punya waktu. "Maaf, aku
tak bisa. Aku ada urusan. Mungkin besok2 aku bisa mengantarmu. Apa kau mau aku
hubungi mirai untuk menjemputmu?"
Nisaki manyun, "tak perlu. Percuma dia takan mau menjemputku."
"Yuto?"
"Apalagi dia! Dia itu sungguh menyebalkan! Dia hanya peduli pada
kakaku, sedangkan padaku dia sama sekali tak peduli!" Oppss... Ia menutup
mulutnya dengan cepat. Ia baru saja menghina sahabat sekaligus saudara sepupu
yamada itu.
Yuto adalah saudara sepupu yamada, ibu yamada adalah adik dari ayahnya yuto.
"Yuto baik kok, dia pasti akan mau menjemputmu" jawab yama kalem. Dia
tak marah sedikitpun.
Nisaki tersenyum malu "maaf ya. Tapi aku tak mau bersama yuto. Aku akan
jalan sendiri."
Yama melirik jamnya lagi "oke! Aku pergi dulu ya!" Yamada menepuk
pundak sebelum pergi meninggalkan nisaki sendiri di ruang rapat.
Nisaki ambruk dimeja, kecewa... Lagu hancur hatiku buatan olga mengalun.
--
Seorang laki-laki sedang mengamati sesuatu, sesosok gadis. Laki-laki itu
menghela nafas saat melihat dewinya di dekati seorang laki-laki yang sudah ia
cap sebagai musuh nomor satunya. Pacar gadis itu.
Ia mengepalkan tanganya saat melihat jemari musuhnya membelai kepala
dewinya. "Kurang ajar tu orang! Nee-chan... Tunggu aku, bila aku sudah
besar aku akan menjadikanmu pacarku." Laki-laki itu berguman.
Umurnya yang saat ini masih menginjak 13 tahun sangat tak pantas untuk
menyukai gadis mahasiswi fakultas meiji. Tetangga sebelah rumahnya.
TUUKK... Kepala laki-laki itu terjitak oleh seorang gadis, setelah jitakan itu
kupingnya yang menjadi sasaran jeweran. "Kau bocah! Ngapain sih?"
Nisaki menatap jengkel adiknya yang terus saja mengamati gadis tetangganya itu.
Laki-laki itu, Kitagawa Marius. Mengerang kesakitan "aduh duh
duh!" Eranganya itu tak membuat nisaki melepas jeweranya,
"kalo mirai nee-chan tahu kau akan langsung tamat!"
Marius tambah mengiba, ia paling takut dengan kekejaman kakak pertamanya
itu. Walau kelihatanya mirai sangat kalem, sebenarnya anak itu sangat
menyeramkan bila ngamuk. "Jangan dong! Duh... Lepsin dong! Jangan tambah
kenceng gini!"
Nisaki melepaskan jeweranya "aku akan tetap mengadukannya pada nee.
Gadis itu dan kau akan langsung tamat"
Marius memeluk nisaki erat "neeeeee-chan! Tolong akuuu..."
Bujuk rayuan marius sama sekali tak mempan bagi nisaki. Ia melepas marius
dan masuk ke dalam rumah. Mencari keberadaan mirai. Marius mengejarnya
"hei! Aku tahu pasti kau di tolak yamada kan? Makanya kau mau mengadukanku?! Jangan
dendam dong! Emangnya aku yang menolakmu" tembak marius. Tak ada mengiba
lagi.
Nisaki berhenti jalan, ia memandang marius kejam "HEIII!!" Detik
itu juga marathon yang selama ini ia pelajari berlangsung. Perlombaan ini
menyangkut hidup mati seorang anak kecil polos.
--
Akibat semalam, marius dan nisaki saling diam saja. Mirai rada aneh dengan
tingkah mereka berdua. Bagaimana bisa orang yang setiap hari saling adu bacot,
sekarang kesambet diam.
"Kalian lagi puasa?" Tanya mirai.
Marius dan nisaki langsung berpandangan keji. Mirai menghela nafas
melihatnya.
"Hei aku bertanya!"
Marius mengusap tengkuknya, ia mengalihkan pandangnya dari nisa ke meja.
Simbol tak mau jawab. Sama seperti nisaki, ia memandang ke arah lain. Tak mau
jawab juga.
Mirai di buat jengkel dengan mereka berdua. "Kalian mendadak bisu
huh?"
Marius menghela nafas panjang sebelum
menjawab "neechan, kami baik2 saja. Cuman aku lagi malas dengan wanita
itu. Capek ribut dengan mulut rombeng kayak dia"
Nisaki memandang keji ke arah marius. Kesel dengan jawab marius. "Hei!
Aku juga malas suka sama orang yang demen tante2! Nyadar diri dong, kencing aja
belom lurus!"
Marius mendelik "hei! Aku sih wajar. Lah lo yang sukanya sama anak
muda, deket. Tapi gak berhasil2 dapetin. Gak laku kan lo? Gak pernah pacaran juga! Perawan
tua!"
Omongan kedua orang ini semakin membuat sakit hati, mirai aja yang tak kena
kataanya cukup sakit hati mendengarnya. Adik-adiknya ini mungkin saat masih
dalam kandungan les mengatai orang.
Sebelum nisaki menjawab lagi mirai buru2 memotong mereka "hei! Kalian
apa gak sakit hati dengernya? Sakit hati tau dengernya! Mulut kalian itu di
lesin dimana sampe lemes kayak gitu?! Sekolah?!"
"Nee juga suka bicara kasar!!" Sembur mereka berdua.
Mirai langsung kicep. Benar. Tanpa disadari mulut anak ini memang suka lebih
pedas kalo marah. Seluruh kosakata terlarang yang ada di bumi pasti masuk ke
makianya.
Marius dan nisaki langsung buang muka lagi satu sama lain. Sarapan mereka
tak tersentuh. Untung saja hari ini hari libur. Soalnya pertengkaran mereka
menghabiskan waktu banyak.
Sesosok badan kurus dan tinggi datang dengan wajah cerah. Nakajima yuto. Dia
punya akses cepat masuk kerumah ini, jelas karna dia pacar mirai. "Pagi
semuanya! Nice hollyday kan?"
Pertanyaan yuto sangat jauh dari kenyataan.
Melihat wajah asem 3 makluk di depanya membuat dia diam sejenak. Ia mendekati
mirai. "Ada
apaan?" Bisiknya.
Mirai mengeleng, ia bangkit dari tempatnya "ayok!" Ia mengandeng
yuto ke ruang tengah. Malas ikutan perang di antara 2 adeknya itu. Sedangkan
yang di tinggal saling perang garpu saat mirai pergi.
--
Tak lama yuto muncul, yamada ikutan muncul. Mereka janjian mau main bersama.
Nisaki senang tapi mirai sama sekali tak membuat nisa mudah dekat2 dengan yama.
Entah kenapa mirai sangat menyusahkan nisaki untuk dekat dengan yamada.
Nisaki hanya bisa memandangi yama dari jauh. Ia duduk di ruang TV yang di
belakangnya taman belakang tempat 3 makluk itu duduk2.
Marius muncul, ia mendekati nisaki "nee gak suka lo sama yama deh
kayaknya. Soalnya dia ngehalangin lo mulu sama yama"
Ucapan marius membuat nisaki menoleh dengan cepat, ia memandang marius
tajam. "Jangan sembarangan!"
"Dia kenyataanya gak suka lo sama yama. Sama kayak dia gak suka gw sama
yuko (read : si mahasiswi) itu!"
Nisaki menghela nafas "udahlah, lo masih kecil tapi otaknya culas
bener. Makan apaan sih lo?"
Marius mengangkat bahu "gak percaya lo boleh coba. Coba lo kesana deh,
bawa apa kek. Kalo dia melotot atau gak mau lo disana berarti dia gak setuju.
Kayak yuko"
"Yuko sama yama beda tauk! Jelas dia gak suka sama yuko, dia terlalu
jauh buat lo."
"Suka-suka lo... Silahkan coba." Marius pergi meninggali nisaki
sendirian. Nisaki langsung kepikiran dengan omongan marius. Ia memandang
kakaknya yang lagi tertawa2 bareng yama dan yuto. Ia terbelalak kaget saat
mirai merangkul pundak yama dengan hangat. Nisaki langsung berlari ke sana.
"Neeeeeeeeeeee!!"
fanfiction : you dont know... (part 1)
Posted by
Unknown
|
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment